Benteng Van Den Bosch
Ada banyak pilihan untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus. Mengikuti upacara pengibaran bendera merah putih di sekolah, nyekar ke taman makam pahlawan, sampai tradisi lomba makan kerupuk, tarik tambang, panjat pinang di kampung. Hari istimewa bagi seluruh penduduk Indonesia tahun 2013 lalu justru saya lewatkan dengan menghabiskan waktu di salah satu bangunan bersejarah yang terletak di Jawa Timur.Tempat tujuan saya hanya berjarak 75 km saja dari kota Surakarta atau Solo, namun jalan yang harus saya lewati bisa dibilang jalan negara yang rawan kecelakaan. Dibutuhkan kondisi badan yang fix, mata harus kuat menahan kantuk, serta kesabaran tingkat tinggi menghadapi bus antar provinsi yang ugal-ugalan. Sesekali kepala menoleh ke samping, menikmati hutan pohon jati yang rimbun di sepanjang perjalanan dari Sragen ( Jawa Tengah ) menuju Ngawi, sebuah kabupaten di propinsi Jawa Timur.
Ngawi sebuah kota yang tidak terlalu ramai, terlihat beberapa bentor ( becak motor ) berlalu lalang di tengah jalan, kendaraan beroda empat yang sekedar melintas tanpa singgah lama, sedikit mobil ber-plat luar kota yang berhenti membeli keripik tempe, oleh-oleh khas Ngawi. Terdengar seperti kota yang membosankan ya?
Eitt jangan salah, kawan… Ngawi mempunyai sebuah tempat wisata yang tidak bisa diremehkan. Tidak jauh dari alun-alun, tepatnya di Jalan Untung Suropati terdapat sebuah benteng peninggalan Belanda bernama Benteng Van Den Bosch.


Benteng berbentuk persegi ini memiliki dua lantai yang konon dahulu difungsikan sebagai asrama tentara dan gudang senjata. Di lantai dasar masih terlihat sebuah ruangan yang diisi puluhan toilet jongkok yang masih utuh, menandakan bahwa benteng ini sudah memiliki sarana MCK yang memadai. Bahkan di tepi sungai pernah ditemukan reruntuhan yang konon merupakan bar / diskotek milik tentara Belanda. Sayangnya kondisi sekarang tidak tampak seperti bilik asrama lagi, hanya terlihat bangunan tanpa atap, sumur yang sudah tertutup oleh timbunan sampah, saluran pembuangan yang sudah tidak terwujud lagi, serta banyak pasangan mojok di tempat sepi #ups.


Tempat yang pernah menjadi saksi bisu PKI di tahun 1965 ini sudah dibuka untuk umum sejak dua tahun yang lalu. Jangan khawatir dengan sengatan matahari siang karena tersedia penyewaan topi. Jangan khawatir kelaparan karena terdapat dua kantin di dalam benteng.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar