Lokananta Buka Perpustakaan Musik Digital
Ilustrasi piringan hitam (CNN Indonesia Internet/Pixabay/Niekverlaan)
Berlokasi di Solo, Jawa Tengah, Lokananta diprakarsai oleh R. Oetojo Soemowidjojo dan R. Ngabehi Soegoto Soerjodipoero. Sejak awal didirikan pada 1956, Lokananta berjasa mencetak piringan hitam penyanyi lawas, seperti Gesang.
Lambat laun Lokananta berkembang lebih dari sekadar pabrik piringan hitam, melainkan juga bank sentral kekayaan musik Indonesia. Kini, koleksi musiknya menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara.
Di Lokananta, para wisatawan dapat memutar piringan hitam bersejarah seperti rekaman pidato Presiden pertama Indonesia Soekarno, serta cetakan pertama piringan hitam lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Supratman.
Melalui kegiatan Lokananta Project yang digagas oleh Perum Percetakan Negara Republik Indonesia cabang Surakarta, kini pencinta musik lokal dan dunia dapat mengakses lagu-lagu jadul Indonesia secara digital.
Proyek ini meliputi pembuatan perpustakan digital dan buku yang akan rilis pada pertengahan 2016 mendatang, berbarengan penyerahan pengelolaan perpustakaan digital sepenuhnya kepada Lokananta.
Adanya perpustakan digital memungkinkan pencinta musik mengakses kekayaan perusahaan rekaman yang menjadi rumah maestro musik Indonesia seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa.
"Lokananta Project merupakan sebuah bentuk sinergi, tidak hanya lintas instansi tapi juga lintas generasi, antara sekumpulan anak muda kreatif dengan Lokananta yang terkenal dengan unsur vintage-nya," ujar Miftah C. Zubir, Kepala Perum Percetakan Negara Republik Indonesia, melalui pernyataan resminya.
Sebagai tahap awal, perpustakaan musik digital ini akan berisikan lagu-lagu sample. Jadi belum bisa memutar lagu hingga habis. Selain itu, juga dipersiapkan galeri foto dan artikel yang berkaitan dengan Lokananta.
Sekitar 20 album musik sudah disiapkan di dalam situs web Lokananta, dan setiap minggunya, konten dalam situs web ini akan diperbaharui dengan lagu-lagu terbaru yang diambil dari koleksi Lokananta.
Usaha ini mendapatkan respon positif dari beberapa musisi legendaris Indonesia yang sangat peduli dengan masalah hak cipta. Salah satunya, Candra Darusman, personel grup band Chaseiro.
"Upaya penting untuk melestarikan sekaligus menggali sejarah Lokananta yang sarat akan kreativitas dari era analog," papar Chandra seraya menyebut Lokananta sebagai, "modal yang tak ternilai bagi keberlangsungan dunia musik ke depannya."
http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20160201191051-227-108149/lokananta-buka-perpustakaan-musik-digital/